Reading Time: 2 minutes

 

Menurut laporan pelanggaran data tahunan ke-16 dari Identity Theft Resource Center (ITRC) jumlah data yang disusupi melonjak 68% pada tahun 2021.

 

Tahun tersebut ditandai dengan rekor pelanggaran data lainnya dan tidak kurang dari 1.862 pelanggaran meningkat 23% dari rekor tertinggi sepanjang masa, sebelumnya di 1.506 yang ditetapkan pada 2017.

Selain itu, peristiwa yang menyebabkan tereksposnya informasi sensitif, seperti nomor keamanan sosial, meningkat 3 poin persentase dari tahun 2020 mencapai 80%.

Meskipun ada penurunan sebesar 5% dalam jumlah korban pencurian identitas dari tahun sebelumnya, laporan tersebut mencatat, bahwa jumlah konsumen yang disusupi beberapa kali per tahun tetap sangat tinggi.

Jumlah korban berulang meningkat 29%, 83% individu tidak dapat menyewa apartemen dan 67% tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan mereka seperti membayar tagihan, meningkat 26 poin persentase dari 2018.

Pelanggaran data terkait serangan siber juga meningkat, dengan serangan ransomware berlipat ganda dalam 2 tahun terakhir menjadi penyebab utama insiden keamanan data tahun ini.

“Pada tahun 2021, kami melihat pergeseran dalam ruang kejahatan identitas,” kata Eva Velasquez, Presiden dan CEO ITRC. “Terlalu banyak orang berada di antara penjahat dan perusahaan yang menyimpan informasi konsumen.

Kita mungkin melihat kembali pada tahun 2021 sebagai tahun ketika kita beralih dari era pencurian identitas ke penipuan identitas.

Jumlah pelanggaran pada tahun 2021 cukup mengkhawatirkan.

“Banyak serangan siber yang canggih, kompleks dan membutuhkan pertahanan agresif untuk mencegahnya” kata Velasquez.

“Jika pertahanan itu gagal, kita akan melihat tingkat transparansi yang tidak memadai bagi konsumen untuk melindungi diri mereka dari penipuan identitas” lanjut kata Velasquez.

Pelanggaran data dan insiden keamanan data yang menempatkan konsumen pada risiko pencurian identitas kemungkinan tidak akan menurun tahun ini.

Meskipun tidak ada solusi antipeluru untuk menjaga agar data konsumen bebas dari pelanggaran, kita perlu memilih layanan yang berfokus pada privasi, yang membantu kita untuk mengambil kendali.

Dan mengelola digital kita untuk dapat membantu mempercepat proses pemulihan dan mencegah kerugian finansial lebih lanjut.

 

Bitdefender Data Protection untuk Keamanan Data

Fitur ini berfungsi untuk mencegah bocornya data sensitif kita berdasarkan aturan yang ditentukan administrator.

Informasi sensitive yang dilindungi ini seperti; nama, nomor telepon, informasi akun bank/kartu kredit, dan alamat email.

Berdasarkan aturan perlindungan data yang kita buat, Bitdefender akan memindai traffic email dan web, masuk maupun keluar untuk string karakter tertentu (misalnya: nomor kartu kredit).

Jika ada kecocokan pada halaman web atau pesan email, masing-masing akan diblokir untuk mencegah adanya kebocoran data.

Kita juga bisa mendapat pemberitahuan tentang tindakan yang diambil oleh Bitdefender melalui console atau email.